Google
Prof. Google M. Rifqi Fauzi


GEJALA LOMPATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK GIFTED

|

PSIKOLOGI ANAK-ANAK

GEJALA LOMPATAN PERKEMBANGAN
PADA ANAK GIFTED

Catatan: gejala-gejala di bawah ini dapat dilihat oleh dokter anak tumbuh kembang melalui pemeriksaan tumbuh kembang secara berkala, mengikuti patokan normal populasi setempat.

PERIODE BAYI
Pada perkembangan nol hingga 2,5 tahun, masih terlalu dini untuk memberi label sebagai anak gifted, namun kepadanya diberi label lain yaitu anak dengan lompatan perkembangan
(kinderen met ontwikkeling voorsprong). Pada anak tersebut terdapat beberapa gejala yang dapat menunjukkan bahwa kelak anak tersebut akan berkembang menjadi anak gifted. Gejalagejala ini umumnya akan dikenal kembali oleh orang tuanya jika melihat kembali masa-masa lalunya.
Gejala
• Lebih besar dan lebih berat dari rata-rata anak yang lahir
• Tak sabaran
• Cepat dalam perkembangan membalas senyuman dan melihat ke sekililing
• Waktu tidur yang sedikit
• Sangat alert
• Sangat sensitive
• Perkembangannya cepat
• Mempunyai pola yang tetap dan teratur
• Seringkali sangat tergantung, seringkali menuntut perhatian lebih
• Mempunyai daya ingat yang kuat
Untuk perilaku tertentu, menunjukkan lebih cepat berkembang dibanding rata-rata (tergantung pada minggu atau bulan tertentu diusia bayi):
Motorik halus:
• Melihat ke tangannya
• Memainkan kedua tangannya di depannya
• Mengambil blokje
• Mengambil blokje kedua dengan tangan yang lain
• Mengambil dan memasukkan blokje dari kotak
• Bermain memberi dan menerima
Motorik kasar:
• Akan stabil jika dilepas
• Merangkak dengan perut di lantai
• Menegakkan badan
• Merambat
• Jalan
Komunikasi dan perkembangan personalitas
• Membalas senyuman
• Bereaksi terhadap namanya
• Mengatakan dada, baba, gaga
• Bereaksi jika dipanggil namanya
• Melambaikan tangan dag dag
• Berbicara dengan dua kata yang mempunyai makna
• Memahami beberapa kalimat yang digunakan sehari-hari
• Dapat menolong diri sendiri
• Bermain dengan anak lain
• Mempunyai pendapat sendiri
• Dapat diberitahu/perintah
• Mempunyai inisiatif

Catatan:
Tidak semua anak gifted mempunyai gejala yang lengkap sebagaimana di atas, namun secara umum mempunyai gejala-gejala yang banyak dari daftar di atas. Anak-anak yang lahir premature dapat saja berkemungkinan kelaknya ternyata adalah anak-anak gifted. Dari laporan para orang tua, umumnya anak-anak ini di minggu pertama sudah dapat membalas senyuman. Mata mengikuti gerakan juga sangat cepat berkembang. Banyak dari bayi-bayi ini yang mempunyai jam tidur sedikit. Pada dasarnya banyak yang menggambarkan anaknya merupakan anak yang hiperaktif, yang menuntut ekstra enerji
dari orang tuanya.
Bayi-bayi ini mempunyai perkembangan merangkak dan berjalan yang lebih cepat dari jadwal rata-rata. Umumnya berjalan sebelum usia satu tahun. Yang jelas bila dibandingkan dengan perkembangan rata-rata akan sangat nampak bahwa bayi-bayi ini mempunyai lompatan perkembangan. Perilaku overaktif nampak sebagai akibat dari perkembangan sistem neuromuskularnya, yang telah diketahui bahwa perkembangan sistem persyarafan anak-anak gifted akan memakan waktu lebih lama daripada rata-rata anak. Karenanya juga anak-anak ini mempunyai sistem pancaindera yang sangat sensitif, misalnya terhadap ransang raba, cahaya, dan suara. Disamping itu ketahanan tubuhnya juga sangat sensitif dan menjadi
rentan. Yang perlu dijelaskan juga adalah bahwa sangat banyak anak-anak gifted yang mengalami alergi misalnya terhadap bahan pewarna dan penambah rasa.
Kebanyakan bayi akan membawa pengalaman dan kesan-kesannya turut dalam tidurnya.
Bayi-bayi ini akan lebih tenang jika dikembalikan pada pola-pola yang teratur dan
tertentu. Bila hal ini dilanggar maka anak-anak ini akan bereaksi terhadap situasi, marah dan selalu menangis. Dalam kurva berat badan dan tinggi badan, perlu diamati seberapa jauh pertumbuhannya bila dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya. Dalam pemeriksaan berkala dapat dilihat juga kapan anak-anak ini merangkak, berjalan dan seterusnya. Bila ia melebihi di atas rata-rata anak seusianya terutama perkembanga motorik dan kognitif, maka dapat diartikan bahwa bayi-bayi ini mempunyai lompatan perkembangan.
SARAN yang dapat diberikan oleh dokter tumbuh kembang pada orang tua:
• Sedapat mungkin tidur siang dipercepat sepagi mungkin, setidaknya di akhir jam-jam pagi hari.
• Istirahatlah saat anak tengah tidur
• Orang tua juga perlu menyediakan waktu luang untuk diri sendiri
• Bila di boks bayinya ia masih bangun, cobalah putar musik lembut untuknya
• Perhatikan yang dapat merangsang inderanya, terutama bunyian, sentuhan, dan
cahaya (anak-anak ini sangat sensitive terhadap berbagai rangsangan itu)
• Buatlah kestrukturan dan keteraturan kegiatan
• Terimalah keadaan ini
TIPS bagi dokter tumbuh kembang
• Waspadalah jika ada laporan orang tua tentang perkembangan, gangguan tidur, banyak
gerak yang meminta enerji ekstra dari orang tua
• Bila anak itu tidak melalui fase merangkak, selanjutnya perkembangan motoriknya
harus mendapatkan perhatian, jika perlu minta bantuan pada fisioterapi
• Beri berbagai tip misalnya dalam masalah tidur
• Gunakan juga berbagai tes yang sebetulnya untuk tes-tes yang akan datang
• Anjurkan orang tua untuk mencari bantuan keluarga. Dalam kaitannya dengan
mengatasi masalah sensoris, meletakkan bayi di day care tidak selalu sebagai
pemecahan masalah.
• Beri orang tua hasil laporan pemeriksaan anda untuk diberikan juga ke pihak sekolah
(taman bermain atau taman kanak-kanak). Hal ini akan menjadi upaya menolong
orang tua dan merupakan awal yang baik dalam menanganinya.
USIA 1-4 TAHUN
Balita usia 2,5 – 4 tahun dengan lompatan perkembangan biasanya tidak terlalu banyak masalah bila dibandingkan dengan masa-masa bayinya. Anak-anak ini belajar segala sesuatu sangat cepat. Mereka menuntut jawab bagi banyak pertanyaannya untuk mendapatkan informasi, dan mereka juga mengerjakan sesuatu yang berbeda-beda. Dalam upaya eksplorasinya yang antusias itu umumnya ia melihat peralatan atau alat-alat mainnya secara cepat sekali, sehingga sebagai orang tua harus terus menerus berupaya mencari sesuatu yang baru dan menantang. Seringkali juga menyulitkan.
Gejala
• Mempunyai keterikatan pada pola yang sama
• Mandiri
• Mempunyai loncatan perkembangan kognitif
• Motorik halus
• Tidak bisa bermain dengan teman sebaya, namun lebih menyukai dengan yang lebih tua
• Konsentrasi terhadap tugas
• Perfeksionisme
• Seringkali belajar membaca dan berhitung sendiri
• Berkemampuan logik dan analisa yang baik
• Mempunyai perhatian yang luas dengan apa yang terjadi di sekitarnya
Dalam melihat gejala-gejala tidak selalu semua gejala akan dipenuhi, namun seringkali terjadi yang terbanyak adalah mempunyai gejala-gejala di atas.
Untuk melihat adanya lompatan perkembangan umumnya kita dapat mengamati pemahaman apa saja yang sudah dimiliki anak:
• Penjumlahan (banyak/sedikit, lebih/kurang)
• Pemahaman waktu (hari ini, besok)
• Pemahaman hitungan
• Jumlah dafatr kata-kata yang dimiliki dan penggunaan bahasa dibandingkan dengan anak seusianya
• Mempunyai kemampuan observasi yang baik
• Berpikir logik (sebab akibat)
Tentang perkembangan kognitif ini kita tak perlu menekankan akan menyebabkan masalah. Biarkan si anak mengembangkan dirinya melalui apa saja yang ia inginkan. Jangan menghambat perkembangan kognitif misalnya dengan cara melarangnya.
Observasi motorik halusnya melalui:
• Koordinasi mata-tangan saat bekerja
• Menggambar boneka sebagai ganti menggambar “koppoter” (boneka jabrik atau
orang-orangan sawah)
• Menempel dan menyobek
• Menyusun manik-manik
• Mewarnai dengan potlod
• Menggambar pinggiran
• Meletakkan puzzel kecil-kecil
Masalah-masalah yang dapat terjadi dalam perkembangan yang buruk
Bila seorang anak balita tidak terdeteksi sebagai anak yang mempunyai lompatan
perkembangan, maka akan menyebabkan masalah dalam perkembangan sosial emosionalnya.
Semakin lambat anak ini terdeteksi, masalah yang ditimbulkan akan semakin besar. Pada anak-anak balita kita dapat mengamatinya dari beberapa perilaku di bawah ini.
Perkembangan Sosial
• Si anak mengalami kesulitan bila harus melakukan kontak dengan anak-anak lainnya
• Diajuhi oleh teman-temannya
• Mengganggu permainan atau pekerjaan teman lain
• Banyak terlibat dalam perkelahian dan konflik
• Sulit diajak bekerjasama
• Sulit berbagi dengan teman lain
• Sulit menerima pendapat orang lain
• Suka mengolok
• Sulit menerima kekalahan
• Kurang mengambil inisiatif untuk kontak sosial
Perkembangan emosional
• Anak menjadi pendiam dan menarik diri
• Takut menunjukkan dirinya
• Takut bertanya dan takut menjelaskan sesuatu
• Kurang percaya diri dan merasa tidak yakin
• Menuntut banyak perhatian dari guru dan teman-temannya
• Seringkali menjadi agresif terhadap anak-anak lain
• Sulit turut dalam aturan permainan/peraturan dalam kelompok
• Sedikit mengeluarkan perasaannya
• Bereaksi secara ekstrim dalam kontak fisik
• Tidak menikmati sekolah
• Selalu bermasalah jika harus berangkat tidur
• Kebiasaan yang khas yang selalu muncul (menggigit kuku, keras kepala tidak mau diberitahu)
• Menjadi brutal dan agresif
• Hiperaktif dan banyak gerak
• Pelamun
• Tegang
GEJALA-GEJALA YANG SERING DILAPORKAN ORANG TUA
Gejala yang sering disampaikan orang tua pada dokter tumbuh kembang dan dokter sekolah, bukan dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa bahwa ia seorang anak gifted. Namun bias berupa indikasi kemungkinan si anak adalah anak yang mengalami lompatan perkembangan.
1. Selalu sibuk yang sangat intens. Kebutuhannya untuk menyibukkan diri pada anak ini lebih intensif bila dibandingkan ratarata anak seusianya. Ia lebih aktif, dan selalu ingin melakukan segala sesuatu terus menerus.
2. Banyak enerji
Sekalipun ia mempunyai aktifitas yang banyak beberapa diantaranya justru kebutuhan tidurnya lebih sedikit daripada anak-anak balita lainnya. Pekerjaan orang tua juga menjadi lebih banyak. Orang tua menjadi terlalu lelah.
3. Perkembangan bahasa
Perkembangan ini umumnya berkembang cepat sejak awal. Kadang diikuti dengan bahasa aktif berkembang belakangan (ketertinggalan perkembangan bicara), namun ia akan menyusul ketertinggalan perkembangan itu dengan cepat. Ia mempunyai daftar kata-kata yang banyak, penggunaan kata-kata yang lebih intensif dan menggunakan kata-kata abstrak.
4. Kebutuhan akan pengetahuan
Anak-anak ini selalu ingin tahu, mengingatnya dengan baik, dan menggunakannya secara langsung dan baik. Kebutuhan akan pengetahuan adalah kebutuhan internalnya dan tidak tergantung pada imbalan. Si anak mengambil inisiatif sendiri, bertanya terus menerus dan tidak puas dengan jawaban yang tidak jelas. Kita sudah mengetahui bahwa diusia tiga tahun adalah usia dimana anak selalu bertanya “mengapa”, namun pada anak-anak yang mengalami lompatan perkembangan ini ia akan bertanya tanpa putus-putusnya. Seringkali anak-anak ini membuat pertanyaan baru dari jawaban atas pertanyaan yang lalu.
5. Kosentrasi dan tugas Anak balita ini dapat secara mandiri intens dan dalam waktu yang lama mengerjakan apa yang dipilihnya.
6. Kearah perfeksionisme Ia akan selalu mencoba hingga ketrampilan itu dicapainya. Tetapi dapat juga ingin mencapai sesuatu secara perfek tanpa harus melakukan latihan. Dengan cara mengkritik diri sendiri biasanya ketrampilan ini dapat dikuasinya.
7. Kemandirian
Sejak dari usia sangat muda sudah selalu menginginkan mengerjakan sesuatu sendiri. Lebih memilih mencoba tanpa henti-hentinya dan tidak mau menerima bantuan. Dengan cara dimana ia melakukannya sendiri itu, maka pada anak-anak ini akan berkembanglah identitas diri yang kuat.
8. Perhatian terhadap kehidupan
Sejak usia tiga atau empat tahun ia sudah mulai memikirkan tentang kehidupan dan untuk itu ia selalu mengajukan pertanyaan yang dalam. Ia tidak hanya ingin tahu dari mana manusia berasal, tetapi juga kemana mereka kelak perginya. Pemikiran-pemikiran ini sudah muncul sejak anak tersebut masih sangat muda yang sering membawanya pada pemikiran bahwa hidup ini sesungguhnya percuma. Balita yang lebih besar kelak umumnya mempunyai kebiasaan tidur yang semakin buruk. Banyak yang menjelaskan bahwa mereka memang lelah, tetapi masih banyak yang harus dipikirkan. Pertanyaan terbanyak yang paling kompleks adalah sekitar seberapa banyak jam tidur yang dapat diharapkan. Mereka juga mencoba, sebagaimana diri mereka yang kreatif, segala sesuatu harus ada alasannya untuk berpikir agar tidak pergi tidur: lupa mengerjakan sesuatu, ada yang masih harus diselesaikan, dan seterusnya. Namun harus selalu diupayakan agar ia mempunyai jam tidur yang tetap. Upayakan hindari diskusi atau konflik. Letakkan peraturan yang tegas.
Tips untuk orang tua
• Buatlah pola yang tetap dan keteraturan
• Upayakan setiap malam menjelang tidur agar si anak ke kamarnya pada jam yang tetap, dan biarkan ia berada di sana (Bila tak bisa tidur, biarlah jangan dipaksa tetapi upayakan agar ia tetap di dalam kamarnya mengerjakan sesuatu yang masih harus dikerjakannya) sampai waktu tertentu.
• Stimulasi agar responsive
• Jangan mencoba untuk menghambat perkembangan
• Jangan menuntut terlalu tinggi
• Belilah mainan dimana ia memang sudah dapat menggunakannya
• Carilah mainan yang aman bagi anak-anak
• Bicaralah dengan anak pada tingkatan dirinya
• Bacalah sebanyak mungkin tentang anak gifted
• Perhatikan apakah perkembangannya sejak bayi memang berjalan dengan cepat
• Laporkan hal ini pada guru TK/SD
Deteksi sedini mungkin anak-anak ini setidaknya dua bulan sebelum anak-anak ini pergi ke sekolah. Seorang anak gifted memerlukan layanan dan perencanaan pendidikan individual.
GEJALA YANG TERSERING DITEMUI OLEH ORANG TUA
• Gambarannya berbeda antara di sekolah dan di rumah
• Di sekolah ia mengerjakan sesuatu yang seringkali justru di rumah sudah lama tidak dikerjakannya lagi
• Anak sering mengalami keluhan psikosomatis (sakit perut, sakit kepala) saat harus berangkat ke sekolah
• Si anak semakin hari semakin tidak mau berangkat ke sekolah, menurutnya tidak
menyenangkan. Di taman bermain seringkali terjadi:
• Anak tidak dapat bermain dengan anak lain, atau hanya dengan anak yang lebih tua
• Anak menunjukkan perilaku yang mengganggu, nakal
• Menuntut banyak perhatian
• Mempunyai motorik yang baik: lompat, engklek, menangkap bola
Anak-anak dengan lompatan perkembangan mempunyai perkembangan kemampuan observasi yang cepat. Sebelum usia satu tahun ia sudah melakukan hal itu. Didukung dengan daya ingatnya yang kuat dan kemampuan pemecahan masalah ia menjadi pelajar yang sangat cepat. Di usianya yang ke 2 ½ - 3 tahun kita sudah dapat melihat bahwa ia mulai kehilangan hubungan dengan anak-anak teman sepermainannya. Ia lebih menyukai anak yang lebih besar.
Saat anak itu masuk sekolah dasar banyak orang tua berpikir: “akhirnya masalahnya terpecahkan”, namun bila terjadi salah bimbingan maka justru akan lebih bermasalah. Adalah hal yang penting pada anak yang mempunyai lompatan perkembangan harus kita observasi secara baik.
Tips hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian saat observasi:
• Mereka umumnya sangat sensitive
• Mereka selalu mencoba untuk menghindari kondisi jatuh/merosot
• Mereka meminta selalu lebih daripada anak-anak lain
• Mereka sering sudah mengetahui sejak muda sekali bahwa dirinya berbeda
• Dalam kelompoknya seringkali ia bekerja berada di bawah tingkatan kemampuannya
• Baginya dirasa tidak menyenangkan (keterlaluan) bila mereka hanya dibicarakan
tentang ketertinggalannya
• Kontak sosial dengan anak-anak gifted lainnya dapat memberikan hasil positif dalam perkembangan sosial emosionalnya. Akan sangat bermanfaat jika dokter tumbuh kembang dan dokter sekolah meminta orang tua membuat laporan tertulis tentang perkembangan anaknya. Begitu juga pihak sekolah dapat melaporkan gejala-gejala yang ditemuinya. Pihak sekolah dapat juga menggunakan formulir
laporan perkembangan 0-4 tahun yang sudah dibuat. Laporan tertulis dari dokter tumbuh kembang dan dokter keluarga dapat digunakan sebagai lampiran. Pihak sekolah dapat dimintakan untuk menanganinya secara kreatif. Jangan menghambat kebutuhannya. Biarkan anak berkembang dalam tingkatan perkembangannya. Bila anak sudah saatnya masuk sekolah, hendaknya pihak sekolah perlu mendapatkan laporan tersebut agar kepadanya dapat
segera dilakukan observasi.
Dokter keluarga
Banyak yang berpikir bahwa pada seorang anak gifted segalanya beres, baik-baik. Namun sebetulnya, seorang anak gifted jika tidak mendapatkan bimbingan dan pengasuhan yang baik, seringkali muncullah berbagai keluhan psikosomatik. Biasanya penyebabnya terletak bagaimana pengetahuan si orang tua, pembimbing, dan guru. Sejak lahir, seorang anak gifted sudah mempunyai perkembangan yang cepat. Saat di taman kanak-kanak dan sekolah dasar akan terlihat bahwa ia mempunyai perkembangan lebih kedepan jika dibandingkan temantemannya.
Bila di sekolah ia harus mengerjakan segala sesuatu di bawah tingkat
kemampuannya, maka dalam waktu singkat ia akan mengalami kebosanan, yang
menyebabkan tidak mau berkontak dengan teman-temannya, keluhan sakit kepala, kesulitan tidur, dan sakit perut. Keluhan ini dapat lebih parah bila si anak dalam waktu yang lama tidak mendapatkan bimbingan. Dalam keadaan ini biasanya orang tua justru menghubungi dokter keluarga. Bila seorang dokter keluarga mendapatkan kondisi seperti ini, perlu segera melihat bagaimana karakteristik lompatan perkembangan si anak. Dapat dilihat bahwa ia dari seorang
anak yang gembira dalam beberapa bulan berubah menjadi anak yang agresif, atau pasif. Bila di rumah dibiarkan dengan kefrustrasiannya, maka gambaran yang diperoleh oleh orang tua dan guru akan sama. Karena itu akan kesulitan untuk melihat apakah ia seorang anak gifted yang mengalami gangguan psikosomatik hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik. Padahal sementara itu si anak sebetulnya hanya mengalami lompatan perkembangan saja. Bila seorang
anak mendapatkan bimbingan yang tepat, umumnya keluhan-keluhan psikosomatik itu akan hilang dengan sendirinya.
USIA 4 – 5 TAHUN
Di usia ini anak akan masuk ke sekolah TK, umumnya belum muncul masalah. Gejala yang dapat diamati akan adanya lompatan perkembangan dapat dilihat sebagai berikut:
• Belajar membaca dan berhitung sendiri
• Mempunyai motorik halus yang sangat baik
• Lebih menyukai bermain dengan anak-anak lain
• Mempunyai konsentrasi dan ketahanan kerja yang tingi, dan dapat melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan
• Senang belajar
• Sangat enerjik dan tidur hanya sedikit
• Mempunyai daya ingat kuat
• Perilakunya menunjukkan bahwa ia perfeksionis
• Mudah belajar (sering kali justru hanya ingin menuruti kemauannya sendiri, dan
menyimpang dari metoda yang umum)
• Penggunaan bahasa yang sangat baik
• Mandiri dalam melakukan pekerjaan (membutuhkan sedikit petunjuk saja)
• Mampu mengerjakan tugas yang kompleks
Bila giftednessnya tidak dapat dikenali secara langsung, biasanya dapat digali melalui pengalaman orang tua:
• Dalam waktu singkat si anak tidak menyukai sekolah
• Di rumah si anak sangat pasif
• Di rumah si anak akan menjadi anak yang agresif
• Dalam keadaan tidur gigi gemerutuk (bruxism), berkeringat, dan tidur tak tenang
• Menggigit pakaian
• Keluhan psikosomatik, seperti sakit kepala, sakit perut. Biasanya keluhan ini hanya berlangsung saat hari-hari sekolah bukan di akhir pekan atau liburan
• Si anak sama sekali tidak akan mau membicarakan tentang sekolah
• Bila mengamati pekerjaannya di sekolah nampak ia melakukan pekerjaan di bawah tingkat kemampuan, atau melakukan imitasi pekerjaan teman-temannya
• Si anak diharapkan oleh pihak sekolah agar bisa belajar
Sangatlah penting untuk mencari bantuan memecahkan permasalahan, jangan sampai pandangan/gambaran terhadap si anak menjadi rusak. Dan juga akan berlanjut menjadi underachiever (prestasi rendah) atau terkembangnya faalangst (merasa tidak bisa padahal bisa). Bila si anak mendapatkan bimbingan yang baik, maka keluhan-keluhan itu dapat berkurang dan bahkan menghilang.
Mula-mula lakukan kontak dengan pihak sekolah, sementara itu jelaskan pada dokter sekolah atau dokter keluarga untuk mencari jalan keluar bagi keluhan fisik dan atau psikis yang dialami oleh si anak sebagai akibat dari buruknya kinerja di sekolah. Jangan mengharapkan semuanya dari pihak sekolah, tapi upayakan semaksimal mungkin untuk melakukan bimbingan yang baik bagi anak. Bisa juga untuk memperkuat upaya itu menggunakan brosur ini sebagai bahan acuan.
TIPS untuk dokter sekolah
• Perhatikan bagaimana tumbuh kembang si anak sejak usia bayi
• Bacalah lebih banyak tentang anak-anak gifted dan anak-anak dengan lompatan
perkembangan
• Perhatikan perilaku/laporan si anak
Beberapa Hal Yang Perlu Menjadi Perhatian Orang Tua
• Apakah si anak menyukai berangkat ke sekolah?
• Apakah segalanya terlalu mudah?
• Adakah si anak mempunyai kontak sosial?
• Adakah si anak mempunyai keluhan psikosomatik?
• Apakah si anak mempunyai prestasi yang berubah-ubah?
• Apakah menurut si anak bahwa sekolah tidak menyenangkan?
• Apakah perilaku anak berbeda antara di sekolah dan di rumah?
• Apakah si anak lebih menyukai bermain dengan anak yang lebih tua?
HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN SEKOLAH
Berbagai tes
Pertama-tama guru perlu melakukan observasi dalam kelompok, untuk kemudian lakukan diskusi dengan orang tua, dan cari upaya agar dilakukan tes pada lembaga bantuan pedagogi. Hasilnya dengan orang tua didiskusikan, dan buatlah segera rencana pembelajaran untuk tahun berikutnya.
Akselerasi/percepatan
Seorang anak gifted dapat dengan cepat menyelesaikan bahan ajar umum. Percepatan dapat dilakukan satu kali per hari atau dengan periode jangka panjang. Materi untuk percepatan diberikan sedemikian rupa sehingga si anak juga mendapatkan pengkayaan dan pendalaman.
Cara memberikan percepatan dapat dengan beberapa cara:
• Dilompatkan kelas
• Tetap duduk di dalam kelas tetapi anak mendapatkan materi khusus
Lompat kelas
Percepatan di usia dini misalnya usia lima tahun masuk ke sekolah dasar, hal ini justru akan memberikan banyak keuntungan.
• Si anak akan dengan mudah menyesuaikan diri
• Tidak mempunyai periode menjadi underachiever
• Kemungkinan berkembangnya faalangst (takut berbuat salah, merasa tidak bisa
padahal sebenarnya ia bisa) lebih kecil
• Penerimaan teman lain lebih mudah
• Kebutuhan belajar membaca dan berhitung pada anak di usia ini sangat besar
• Perpindahan dari periode bermain ke periode belajar agar mudah dilaluinya, maka ada baiknya sehari sekali tetap berada di taman kanak-kanak, sampai di suatu saat ia tidak mempunyai kebutuhan bermain lagi.
Pendapat kontroversial tentang lompat kelas sering mengatakan bahwa perkembangan social emosional anak-anak itu belum mencukupi. Mereka menakutkan bahwa kelak si anak akan kesulitan bersosialisasi dengan teman-teman sekelasnya. Karena anak-anak ini juga merasa lebih menyenangi bermain dengan anak sebayanya, namun sebaliknya ia juga membutuhkan untuk belajar lebih jauh dari teman-teman sebayanya. Sehingga jika anak-anak ini dalam
periode lama berada di sekolah taman kanak-kanak dan selalu saja bekerja di bawah kapasitas kemampuannya, bisa jadi justru akan menimbulkan masalah sosial emosional padanya. Dengan cara melompat-kelaskan, ia akan belajar sesuai kapasitasnya.
Dicuplik dari: Help een hoogbegafde kind – de consultatiebureau en school arts, Landelijk informatiecentrum hoogbegaafdheid, stichting Plato, Wateringan.2002.
Baca Selengkapnya “GEJALA LOMPATAN PERKEMBANGAN PADA ANAK GIFTED”

REPRODUKSI MANUSIA

|





















Baca Selengkapnya “REPRODUKSI MANUSIA”

SKELETON

|

Baca Selengkapnya “SKELETON”

ANATOMI MANUSIA

|














Baca Selengkapnya “ANATOMI MANUSIA”

KEBUTUHAN ANAK UNTUK MASUK SEKOLAH

|

KEBUTUHAN-KEBUTUHAN ANAK UNTUK MASUK SEKOLAH

Anda telah mempelajari berbagai perbedaan yang terjadi pada anak usia SD sesuai. dcngan berbagai aspek perkembangannya yang bersifat individual. Selanjutnya pada kesempatan ini akan kita pelajari materi tentang perbedaan kebutuhan pada anak usia SD. Sebenarnya, sebagai makhluk psiko-fisik, anak-anak sejak bayi sudah memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yaitu seperti kebutuhan fisik dan psikis. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak menuju kedewasaan, terjadi perubahan-perubahan kebutuhan seperti di atas menjadi lebih besar. Kebutuhan sosial psikologis seorang akan semakin lebih banyak dibandingkan kebutuhan fisiknya sejalan dengan usianya.
Pertama-tama, perlu dijelaskan penggunaan beberapa istilah yang pemakaian sehari-harinya- sering bergantian. Istilah lersebut adalah “kebutuhan”, “dorongan”, dan “motif. Secara definisi istflah “dorongan” atau “motif adalah keadaan di dalam diri pribadi seseorang yang merupakan pemicu dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “kebutulun” lebih sering digunakan untuk mengacu pada keadaan fisiologis seseorang yang tidak mempunyai suatu jaringan tertentu. Dari penjelasan tadi, dapat tergambar bahwa sebenarnya kebutuhan dan dorongan atau motif berjalan seiring namun tidak sama. Dorongan atau motif lebih merupakan sesuntu yang merupakan akibat psikologis dari suatu kebutuhan. (Sumadi,1970:70; I.efloiv 1982:137). Sedangkan Thompson (1987) mendefinisikan istilah need alau kebutuhan sebagai istilah yang sering digunakan untuk menunjuk suatu drive atau dorongan seperti contohnya manusia membutuhkan tidur, dan kelinci butuh mcnggali liang. Sehingga di sini kata kebutuhan tersebut menunjukkan adanya suatu kekuatan yang bersifat memotivasi yang mendorong terbentuknya suatu ketegangan dalam diri makhluk hidup karena adanya kekurangan-kekurangan tertentu. Jadi dari kedua jabaran definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kata need atau kebutuhan bersifat fisik dan mendasar, sedangkan drive atau dorongan lebih merupakan kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi dan bersifat psikologis; Namun demikian, pada pembahasan materi di Kegiatan Belajar 2 ini, akan digunakan istilah kebutuhan supaya tidak terjadi kebingungan.
Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakp.n menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kcpribadian pada seseorang. Contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki scsuatu di mana kebutuhnn psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera.
Sejalan dengan teori kebutuhan Maslow, pada pembahasan ini akan diambil suatu tcori kebutuhan yang sTatnya nicndasar yang dikembangkan olch Lindgren (1980). Arti mendasar di sini adalah pada umumnya. setiap individu memiliki kebutuhan ini. Teori ini bisa dianggap mewakili untuk menjelaskan perbedaan kebutuhan pada tahapan usia anak SD, sehingga pada pembahasan berikut akan dikaitkan dengan perbedaan individu anak usia SD. Lindgren mengklasifikasikan kebutuhan dasar ini menjadi 4 aspek yang sebenarnya ada juga di dalam teori kebutuhan o!eh Maslow. Klasifikasi 4 aspek kebutuhan tersebut adalah seperti berikut.
Aspek Kebutuhan Menurut Lindgren
Jenjang Deskripsi
• Kebutuhan untuk dimiliki, kebutuhan yg terkait dengan pengembangan diri yg lebih rumit dan bersifat sosial
• Kebutuhan untuk memiliki Kebutuhan yg terkait dengan mencari teman, atau pegangan pada orang lain
• Perhatian dan kasih saying, kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memiliki, bisa berupa kebutuhan untuk diperhatikan, diterima dan diakui teman
• Kebutuahan Jasmaniah, keamanan dan pertahanan. Berkaitan dengan pemeliharaan dan pertahanan diri yg sifatnya individual
Pembagian keempat aspek kebutuhan di atas juga bersifat hierarkis dari kebutuhan yang mendasar yaitu jasmani hingga aktualisasi diri. Selanjutnya di bawah ini, akan dipaparkan keempat aspek kebutuhan di atas jika dikaitkan dengan kebutuhan anak usia SD.

A. KEBUTUHAN JASMANIAII PADA ANAK USIA SD

Sesuai dengan perkembangan fisik anak usia SD yang bersifat individual, pada masa tumbuh kembang tersebut, kebutuhan anak akan bervariasi misalnya seperti porsi makanan dan minuman meningkat. Karena perkembangan tubuh dan juga kognitifnya, anak usia SD membutuhkan makna yang bcrgizi sehingga perkembangan fisik dan intelektualnya tidak terhambat.
Berkaitan dcngan kebutuhan pemeliharaan dan pertahanan diri, anak usia SD memasuki tahapan perkembangan moral dan sosial yang mempcrhatikan pemuasan keinginan dan kebutuhannya sendiri tanpa mcmpcrtinibangkan kebutuhan orang. Oleh karena itu guru perlu mcmbcrikan kesadaran kepada siswa, bahwa dia dapat menghindari hukuman dcngan memohon maaf dengan cara yang baik agar tidak terkena sanksi. Pada masa usia SD, anak juga sudah mulai merasakan adanya kebjtuhan untuk melindungi diri dari bahaya baik secara fisik maupun psikis dari orang lain. Contohnya: Anak sudah mulai dapat berkelit dengan mengemukakan berbagai alasan, apabila guru menanyakan suatu hal yang dikerjakan secara salah oleh siswa karena takut dimarahi. Perilaku memberi bantahan atau alasan atas perbuatannya timbul sejalan dengan perkembangan berbahasa anak yang sudah mempunyai banyak perbendaharaan kata dan ungkapan-ungkapan
Kebutuhan rasa aman pada siswa akan terpenuhi apabila guru dapat mcnghadirkan suasana kelas yang tenang dan damai. berpihakan seorang guru kepada siswa-siswa tertentu, juga dapat mengakibatkan timbulnya rasa tidak aman pada siswa. Sehingga guru hendaknya dapat bersikap adil dan netral. Namun demikian seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa guru perlu memberikan stimulus-stimulus yang dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin dan aturan belajar yang disepakati dan dikompromikan adalah perlu. Sehingga siswa tidak salah mengartikan dengan perilaku yang suka-suka sendiri dalam pemenuhan rasa aman tersebut.
Sehubungan dengan pemenuhan beberapa kebutuhan melalui disiplin, Hurlock (197 mengemukakan bahwa disiplin berguna bagi anak untuk:
Memberikan rasa aman kepada anak, dengan memberitahukan kepada mereka secara tegas apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan;
Dapat membantu anak untuk menghindari rasa bersalah atau malu karena telah berbuat salah. Hal ini dapat terjadi karena disiplin memungkinkan anak untuk hidup sesuai standar yang telah disepakati dan mendapat persetujuan oleh kelompok sosialnya;
Berusaha belajar bersikap sesuai dengan cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan sebagai tanda saya dan penerimaan. Hal ini penting bagi anak agar tumbuh dan berkembang sccara positif; Mendorong anak mencapai apa yang diharapkan a’ari dirinya, jika diriplin tersebut sesuai dengan perkembangan dirinya; Membantu anak mengembnngkan hati nuraninya, dar, mengasah intuisi dalam dirinya, sehingga dia dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab dan juga dapat mengendalikan tirgkah laku.

B. KEBUTUHAN AKAN KASIH SAYANG

Pada tahap perkembangan sosial nak usia SD tcrutama yang dudnk di kelas tirggi SD, sudah ingin meniiliki teman-teman tetap. Perkembangan tersebut juga sejalan dengan kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi teman. Tidak hanya rasa kasih kepada teman saja, tetapi juga sudah ada kebutuhan untuk memberikan rasa omta terhadap suatu benda. Misalnya anak usia SD sudah sadar akan niengoleksi sesuatu yang mcrupakan kesenangannya bisa berupa perangko, komik, kartu, dan sebagainya dan koleksi tersebut dirawat dengan hati-haci serta rasa sayang. Oleh karena itii, guru perlu peka untuk mengarahkan anak-anak agar rasa kasih sayang yang sudah muncul dapat tcrpelihara dan menjadikan anak-anak bersikap penuh kasih terhadap sesuatu seperti mcnunjukkan minat siswa yang sudah dipunyainya, memupuk scrta memelihan minat atau hobi para siswa.
Pada anak-anak yang duduk di kelas tinggi (4, 5 atau 6) di SD yang memasuki masa bersosialisasi dan meninggalkan keakuannya, dapat menerima suatu otoritas orang tlia dan guru sebagai sesuatu yang wajar. Sehingga anak-anak tersebut juga membutuhkan perlakuan yang objcktif dari orang tua atau guru sebagai pemegang otoritas. Pada masa ini, anak-anak sangat sensitif dan mudah mengenali sikap pilih kasih dan ketidakadilan. Sehingga di sini guru harus bertindak bijaksana dan propcrsional dalam memutuskan suatu tindakan.

C. KEBUTUHAN UNTUK MEMILIKI

Pada masa usia di kelas-kelas rendah di SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan dirinya sebagai pusat perhatian.. Namun demikian, anak-anak di kelas rendah di SD masih suka memuji diri sendiri, dan membanding bandingkan dirinya dengan teman. Sehingga kebutuban untuk memiliki dan dimiliki masih dominan. Artinya, segala sesuatu baik teman-teman di sekolah maupun guru dipandang sebagai punya dirinya sendiri, sehingga kadang kadang anak usia ini suka meremehkan atau mengacuhkan pendapat teman atau guru. Seperti pada kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, kebutuhan untuk memiliki pada setiap anak akan berbeda tergantung dari perkembangannya Sedangkan kebutuhan untuk dimiliki adalah berhubungan dengan mulainya masa membentuk gang atau kelompok bermain. Anak-anak ini akan cenderung mengikuti aturan dari kelompok bermainnya setia, dan juga menggantungkan dirinya kepada kelompok tersebut. Kebutuhan untuk memiliki ini tidak terbatas pada pemilikan teman saja, tetapi juga pada benda-benda miliknya dan milik teman sekelompoknya. Dia akan menjaga dengan sepenuh hati benda-benda yang menjadi kebanggaannya atau teman gangnya.
Namun demikian, pada masa ini, anak masih menggantungkan dirinya kepada orang yang dirasa mempunyai keunggulan atau kekuatan apabila i kelompok bermainnya, atau tergantung pada pemegang otoritas yang discnangi seperti guru di kelas. Oleh karena itu banyak kasus para siswa kelas rendah di SD lebih menuruti kata teman dekatnya atau gurunya dibandingkan dengan orang tua sendiri, karena mungkin bukan merupakan sosok yang dikaguminya. Sehingga jika anak-a.iak dapat menemukan kelompok teman yang positif maka mereka akan positif pula. Dalam pemenuhan kebutuhan untuk memiliki, guru perlu memberikan dorongan kearah yang positif tentang bagaimana membentuk kelompok yang dapat bermanfaat misalnya dalam kegiatan pramuka. Guru juga harus memberikan orientasi kepada anak-anak di usia ini, agar tidak begitu saja melakukan berbagai hal yang kadang-kadang berbahaya dan negatif, hanya karena disuruh oleh teman kelompoknya.

D. KEBUTUHAN AKTUALISASI D1RI

Kebutuhan ini relatif lebih abstrak dan kompleks, dan merupakan kebutuhan tingkat tinggi yang pada dasarnya merupakan perkemba’igan dari kebutuhan-kebutuhan sebelumnya. Kebutuhan ini terasa mulai dominan pada anak-anak usia kelas tinggi di SD. Pada usia tersebut, anak-anak mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga anak berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan sikap persaingan, atai: berusaha . mewujudkan keinginannya yang biasanya terdengar sangat tinggi dan muluk seperti ingin jadijuara tinju, pembalap formula, astronot dan sebagainya.
Salah satu kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan aktualisasi diri ac’.alah kebutuhan berprestc.si atau reefl for achievement. Karena anak-anak SD di kelas tinggi sudah timbul keinginan untuk mcnjadi tcrhcbat, maka mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi. Semua sikap dan tindakan anak-anak tersebut juga dalam rangka pcmenuhan kebutuhan untuk diakui. Di sinilah guru berfungsi untuk memotivasi sikap kompetisi pada anak-anak menjadi kompetisi yang sehat dan terarah.
Dari uraian keempat aspek kebutuhan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua kebutuhan di atas .bisa saling mengisi dan berbeda satu dengan yang lain terhadap setiap masing-masing anak dan sejalan dengan perbedaan perkembar.gan mereka. Peran guru dalam memenuhi kebutuhan anak adalah dengan memberikan dan meningkatkan motivasi kepada siswanya agar sikap mereka berkembang positif dalam memenuhi kebutuhan seperti di atas.
DeCecco dan Crawford (1974) mengajukan 4 peranan guru untuk memberikan dan meningkatkan motivasi siswa, yaitu:

1. Mcmbangkitkan semangat siswa

Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus selalu peka terhadap perubahan kebutuhan siswa. Oleh karena itu guru bisa menggunakan bcrbagai pcndckatan pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan. Penting (diperhatikan bila mcngajak dan mcnjaga agar siswa tctap belajar adalah tugas guru dalam rangka mcnjaga semangat belajar. Siswa dapat diajak bcrsama-sama memikirkan dan melakukan proses pembelajaran yang telah direncanakan guru. Oleh karena itu penting pula bagi guru untuk mengetahui keadaan awal para siswa.

2. Memberikan harapan yang realistis

Guru tidak hanya harus menjelaskan harapan yang realistis yang dapat dicapai siswa dengan keadaan perbedaan siswa-siswanya, tetapi juga harus dapat memodifikasi atau merubah harapan-harapan yang tidak realistis yang dibebankan kepada siswa. Oleh karena itu sebaiknya guru mempunyai data tentang kemajuan akademis siswanya sejak awal sekolah. Kegagalan kegagalan di bidang apa saja yang sudah dialami siswanya, sehingga guru dapat mengukur harapan yang realistis bagi siswanya. Jika siswa sudah banyak mengalami kegagalan di masa lampaunya, sedapat mungkin guru harus bisa memberikan keberhasilan pada siswa tersebut.

3. Memberikan insentif

Bila Siswa banyak membuat keberhasilan-keberhasilan, guru bisa memberikan insentif berupa penghargaan, pujian, hadiah, atau kata-kata yg manis. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk berusaha mengulangi perbuatan yang positif tersebut. Sehubungan dengan pemberian insentif, pemberian umpan balik oleh guru terhadap hasil kerja siswa, akan sangat berguna unl meningkatkan upaya siswa bekerja lebih baik lagi.

4. Memberi pengarahan

Guru juga semestinya harus mengatakan secara tegas kepada siswa apabila siswa berbuat kekeliruan. dengan misalnya menunjukkan kekeliruan tersebut dan menunjukkan bagaimana seharusnya siswa bertindak. Guru perlu pula meminta kepada siswanya untuk melakukan tindakan yang diharapkan dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah paparan materi tentang beberapa jenis kebutuhan pada anak usia SD. Seperti telah disebut di atas, kebutuhan-kebutuhan tersebut b muncul pada berbagai tahapan usia dengan dominasi yang berbeda-beda pz setiap anak. Perbedaan kebutuhan dan kadar kebutuhan tersebut seja dengan perbedaan perkembangan yang saat itu dialami oleh masing-masi anak.
Baca Selengkapnya “KEBUTUHAN ANAK UNTUK MASUK SEKOLAH”

PERSIAPAN ANAK MASUK SEKOLAH

|

MEMPERSIAPKAN ANAK MASUK SEKOLAH

Tahun ajaran baru selalu membuat orang tua menjadi sibuk. Selain mencari sekolah yang dianggap baik, juga biaya yang semakin mahal dan anak juga harus disiapkan kemampuannya bahkan sampai ada Taman Kanak-kanak (TK) yang melakukan tes masuk untuk calon murid-murinya. Sebagian orang tua menganggap hal tersebut merupakan aturan yang berlebihan, sebagian menganggap biasa bahkan tidak jarang pada anak play group diberikan tugas di rumah (PR) agar kelak siap masuk taman kanak-kanak.
Sebetulnya apa yang dimaksud anak sudah siap sekolah tersebut? Jika orang tua mengetahui kemampuan apa yang harus dimiliki anak sebelum masuk sekolah tentunya hal tersebut akan mem- bantu setiap orang tua untuk mempersiapkan dan dapat mengamati sendiri anaknya apakah sudah siap untuk sekolah.
Pada saat anak mulai memasuki bangku sekolah dengan keadaan siap untuk belajar, mereka lebih mudah untuk berhasil mengikuti pelajaran di sekolah. Di Amerika, guru-guru TK melaporkan sedikitnya setengah anak didiknya mempunyai masalah pada saat memulai pendidikan, termasuk didalamnya kesulitan mengikuti perintah, rendahnya kemampuan akademik dan atau kesulitan ber aktivitas secara mandiri.
Masa sebelum masuk sekolah merupakan periode sampai usia 5 tahun (Balita). Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang perlu perhatian, karena awal kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan. Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak ini mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, berarti otak balita lebih terbuka untuk belajar dan diperkaya. Sedangkan sisi negatifnya adalah otak balita lebih peka terhadap lingkungan, terutama lingkungan yang tidak mendukung termasuk kemiskinan dan stimulasi yang kurang. Sehingga masa ini disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period), atau "jendela kesempatan" (window of opportunity) atau "masa kritis" (critical period). Berhubung masa ini tidak berlangsung lama, maka anak harus mendapat perhatian yang serius pada awal kehidupannya, yaitu: gizi yang baik, stimulasi yang memadai, mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak, juga deteksi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang.

BATASAN KESIAPAN BERSEKOLAH

Secara konvensional batasan Kesiapan Bersekolah dipandang sempit hanya terbatas pada masalah kesiapan akademik yang terstruktur. Namun demikian berdasarkan penelitian pada perkembangan anak dan edukasi dini, batasan dari kesiapan bersekolah ternyata lebih luas, di dalamnya tercakup kesiapan fisik, sosial dan emosional, termasuk kesiapan secara kognitif.
Terdapat 3 komponen utama untuk kesiapan bersekolah yaitu kesiapan anak, kesiapan sekolah dan kerangka investasi masyarakat.
I. Kesiapan anak
Terdapat 5 aspek utama: dalam kesiapan anak
Kesehatan fisik dan perkembangan motorik:
Aspek ini meliputi status kesehatan, pertumbuhan dan kemampuan fisik. Termasuk juga didalamnya kemampuan fisik seperti kemampuan menggunakan otot-otot kecil/ motorik halus dan kemampuan menggunakan otot-otot besar/
motorik kasar, hal ini juga terkait pada kondisi selama dan setelah kelahiran.
Perkembangan sosial dan emosional:
Perkembangan sosial merujuk pada kemampuan anak untuk berinteraksi secara sosial. Kemampuan adaptasi yang positif terhadap lingkungan sekolah membutuhkan kemampuan sosial untuk saling pengertian dan bekerja sama. Perkembangan emosionat termasuk di dalamnya kemampuan persepsi terhadap dirinya, kemampuan memahami emosi orang lain dan kemampuan untuk mengerti serta mampu mengekspresikan perasaannya.
Pendekatan pembelajaran:
Aspek ini merujuk pada kecenderungan
menggunakan keahlian, pengetahuan dan kemampuan. Komponen kuncinya termasuk antusiasme, keingintahuan dan kemampuan menyelesaikan tugas, seperti pola temperamen dan nilai kultural.
Perkembangan bahasa
Aspek ini meliputi bahasa verbal dan kemampuan membaca. Bahasa verbal meliputi kemampuan mendengar, berbicara dan perbendaharaan kata. Kemampuan membaca termasuk membaca tulisan, pengertian tehadap suatu cerita dan proses menulis.
Kognisi dan pengetahuan umum
Aspek ini meliputi kemampuan untuk mengetahui sifat dan benda tertentu dan kemampuan yang didapat dengan mengamati objek, peristiwa atau orang mengenai kesamaan, perbedaan dan hubungannya. Termasuk juga pengetahuan tentang konsep perhitungan.
2. Kesiapan sekolah
Kriteria sekolah yang slap mendukung pembelajaran dan perkembangan anak merupakan sekolah yang mempunyai ciri-ciri:
terdapatnya masa transisi antara lingkungan rumah ke lingkungan sekolah.
berusaha mempertahankan kontinuitas antara asuhan awal, program pendidikan yang diterapkan dan pendidikan sekolah dasar.
menolong anak untuk belajar dan dapat mengerti kompleksitas dunia yang dihadapinya.
memiliki kepedulian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh setiap anak didik.
memperkenalkan dan mengembangkan pendekatan-pendekatan yang telah terbukti berhasil meningkatkan keberhasilan proses belajar.
3. Kerangka investasi masyarakat pada kesiapan bersekolah
Kesiapan bersekolah dari sudut pandang komunitas pada hakekatnya adalah bentuk investasi masyarakat dalam membentuk kualitas masyarakat yang tinggi dikemudian hari. Faktor dukungan keluarga, pola asuh, pendidikan dan faktor lingkungan Iainnya ternyata memberikan pengaruh kuat yang dapat membantu perkembangan anak.



PENILAIAN KESIAPAN BERSEKOLAH

Penilaian seperti apa yang perlu kita tahu tetang kesiapan anak-anak kita untujk sekolah. Yang mana diataranya;
1. Tes Psikologis
Tes psikologis biasanya dilakukan oleh psikolog. Hasil tes ini dapat memberikan informasi bahwa ada sesuatu masalah yang spesifik pada anak, untuk selanjutnya mereka akan mendapatkan intervensi dini dan setelah itu dilakukan evaluasi apakah ada manfaatnya bagi anak tersebut, atau harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Ceklist Kesiapan Bersekolah
Merupakan alat yang sederhana dan memungkinkan penggunaan secara luas. Orang tua dapat mengetahui secana umum kemampuan anak sebagal prasyarat masuk TK atau sekolah dasar
Taman Kanak-kanak
Mengetahui warna dasar
Mengenal beberapa huruf besar
Mengenal angka 1-10
Menulis nama pertama dengan jelas
Menggambar meniru bentuk
Dapat menghitung benda satu demi satu
Bermain secara kooperatif
Sekolah Dasar
Mengetahui alamat dan tanggal lahir
Mengenal semua huruf (huruf besar dan kecil)
Mengenal suara yang dibentuk oleh suatu kata
Membaca beberapa kata sederhana
Mengerti konsep "lebih banyak" dan "lebih sedikit"
Dapat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dengan anak lain
Mengerti humor


PENUTUP

Pada lima tahun pentama kehidupan, anak mengalami penkembangan yang pesat pada semua bidang perkembangan. Misalnya perkembangan bahasa, kemampuan kognitif, kemampuan mengendalikan emosi, stres dan kemampuan bekerjasama dengan teman sebayanya. Tercapainya kemampuan perkembangan ini sangat erat kamtannya dengan stimulasi/latihan yang didapat, sedangkan sebagian besar waktu anak bensama keluarga khususnya ibu. Maka sudah sewajarnya seluruh anggota keluarga turut terlibat memberikan Iingkungan yang balk khususnya dalam memberikan nutnisi dan stimulasi sehingga anak balita dapat tumbuh kembang secara optimal.
Semua yang sudah dibicarakan di atas tersebut masih harus kita tambahkan bentuk kegiatan untuk mengenal dengan baik nilai-nilai moral yang ada dalam agama Islam.
Baca Selengkapnya “PERSIAPAN ANAK MASUK SEKOLAH”

PSIKOLOGI ANAK

|

PSIKOLOGI ANAK PADA USIA 4 TAHUN LEBIH

Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) - Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain. 
1. Perkembangan Fisik 
  Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya. 
2. Perkembangan Motorik 
  Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll. 
  Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain : 
a). Anak Usia 5 Tahun 
- Mampu melompat dan menari 
- Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan 
- Dapat menghitung jari – jarinya 
- Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita 
- Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya 
- Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya 
- Mampu membedakan besar dan kecil 
b). Anak Usia 6 Tahun 
- Ketangkasan meningkat 
- Melompat tali 
- Bermain sepeda 
- Mengetahui kanan dan kiri 
- Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan 
- Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun 
- Mulai membaca dengan lancar 
- Cemas terhadap kegagalan 
- Peningkatan minat pada bidang spiritual 
- Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun 
- Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat 
- Mampu menggunakan peralatan rumah tangga 
- Ketrampilan lebih individual 
- Ingin terlibat dalam sesuatu 
- Menyukai kelompok dan mode 
- Mencari teman secara aktif. 
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun 
- Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak 
- Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll. 
- Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain 
- Mulai tertarik dengan lawan jenis. 
3. Perkembangan Kognitif 
  Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar. 
  Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu : 
a). Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan – hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain. 
b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan. 
c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada. 
  Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. 
a. Perkembangan Memori 
  Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu : 
Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan. 
Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas. 
Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang. 
Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka akan menggunakannya secara spontan. 
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya. 
b. Perkembangan Pemikiran Kritis 
  Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif. 
c. Perkembangan Kreativitas 
  Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah. 
d. Perkembangan Bahasa 
  Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat. 
4. Perkembangan Psikosial 
  Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan – peraturan yang berlaku. Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya. 
a. Perkembangan Pemahaman Diri 
  Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. 
c. Perkembangan Hubungan dengan Keluarga 
  Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena rata-rata anak menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan ketrampilan sosial. 
d. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya 
  Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu. Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan terkadang terdapat duatu grup/kelompok. Anak idak lagi puas bermain sendirian dirumah. Hal ini karena anak mempunyai kenginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok. 
Catatan: ingin lebih jelas!! Baca selengkapnya pada :
Links ke artikel: "Perkembangan anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial)" 
Baca Selengkapnya “PSIKOLOGI ANAK”

EKONOMI

|


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Batas ekonomi antar negara semakin menghilang karena globalisasi, oleh karena itu industri Indonesia makin menghadapi tantangan yang tidak mudah. Hal ini tidak lepas dari berkembangnya jaman yang memicu semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat yang kian bertambah kompleks, dari jenis produk yang sifatnya mendasar sampai pada jenis kebutuhan yang bersifat tersier, yang engkau hanya dapat dibeli dengan menukarkannya dengan nilai yang sangat fantastis.
Perusahaan merupakan suatu bentuk organisasi produksi yang berupa melayani kebutuhan masyarakat selaku konsumen dimana untuk keperluan itu pihak produsen berupaya mengkombinasi berbagai faktor produksi sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu produk yang dapat dikonsumsi oleh konsumsi. Pada saat sekarang ini gejala mengkonsumsi bermacam-macam produk telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat terutama dari kota-kota besar. Hal ini terlihat dari makin tingginya konsumsi produk mulai produk pakaian, makanan, minuman, kosmetika hingga produk otomotif seperti produk sepeda motor.
Perdagangan semua jenis dan merek sepeda motor dari Indonesia pada akhir tahun 2003 melonjak tajam dibandingkan angka penjualan setahun sebelumnya, yaitu meningkat sekitar 125 (Republika, 8 Januari 2004). Persaingan penjualan produk sepeda motor ini tidak hanya dilakukan oleh produsen sepeda motor buatan Jepang saja yang selama ini merajai pangsa pasar sepeda motor di Indonesia, tetapi yang dilakukan oleh produsen sepeda motor Cina, Taiwan dan Korea yang sepertinya selalu mengekor gerak-gerik produsen motor Jepang, terlihat dari beberapa merk motor produksi negara-negara tersebut sudah banyak berkeliaran dari jalan-jalan perkotaan dan pedesaan. Harus diakui, kebanyakan bentuk fisik dari produk sepeda motor mereka sangat mirip dengan pro totipe sepeda motor merek Astrea Grand atau Supra milik Honda dan beberapa mirip Suzuki Shogun. Pada tahap awal, semuanya masih mencoba memasarkan jenis bebek yang menurut survei para dealer lebih digemari karena praktis (Suara Merdeka, 21 Juli 2000).
Produsen dari sepeda motor dituntut untuk lebih dapat memperhitungkan kebutuhan dan motivasi apa saja yang mendasari perilaku konsumen, yang akan memungkinkan para pemasar untuk memahami dan meramalkan perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang muncul saat individu memilih, menggunakan dan membuang produk ataupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya (Solomon, 1994). Peranan perilaku konsumen adalah penting, karena produsen akan mempunyai pandangan yang lebih luas dan akan mengetahui peluang baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen, untuk keperluan tersebut, maka tahap pertama yang harus dipahami oleh para produsen adalah variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen. Dalam hal ini yang penting untuk dipertahankan adalah faktor-faktor apa saja yang dapat menstimulir konsumen untuk membeli suatu barang (Susana, 2002).
Aspek penting dalam kualitas meliputi pertanyaan mengenai “Apakah suatu produk atau jasa tersebut memenuhi atau bahkan melebihi harapan pelanggan?” Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa. Para pakar pun berbeda-beda dalam mendefinisikan kualitas, salah satunya adalah menurut Goetsch dan Davis (Diptono dan Diana, 2001) yang mendefinisikan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubngan dengan produk jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Adanya konsep tentang penilaian suatu kualitas produk lebih didasarkan dari terbentuknya persepsi seseorang terhadap produk tersebut. Sedangkan untuk persepsi terhadap kualitas produk sendiri dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto, dkk, 2001). Karena persepsi terhadap kualitas merupakan persepsi dari pelanggan, maka tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.
Persepsi terhadap kualitas suatu produk perlu dinilai berdasarkan sekumpulan kriteria yang berbeda karena mengingat kepentingan dan keterlibatan konsumen berbeda-beda. Persepsi terhadap kualitas mencerminkan perasaan konsumen yang secara menyeluruh mengenai suatu merk. Dalam konsep perilaku konsumen persepsi terhadap kualitas dari seorang konsumen adalah hal yang sangat penting, produsen berlomba-lomba dengan berbagai cara untuk dapat menghasilkan suatu produk atau jasa yang bagus menurut konsumen (Parji, 1991).
Penulis memilih sepeda motor merk Honda dikarenakan selama ini sebagian masyarakat Indonesia menganggap bahwa kualitas dari motor Honda lebih baik apabila dibandingkan dengan produk sejenis lainnya, walaupun beberapa tahun belakangan ini tingkat penjualan motor Honda mengalami kekurangan. Hal tersebut dpaat terjadi dikarenakan pasaran motor yang semakin ketat dengan mulai banyak bermunculannya produk-produk sepeda motor baru seperti buatan China dan Korea dengan harga jual yang lebih murah, serta dengan model yang variatif. Hal ini juga diikuti oleh produsen-produsen dari Jepang dengan mengeluarkan motor “murah” untuk mengembalikan perhatian masyarakat yang sempat goyah, mereka juga mengeluarkan produk-produk baru dengan model dan corak yang menarik perhatian. Namun paling tidak pada saat ini sepeda motor Honda masih mampu bertahan dan daya tahan motor buatan Jepang ini masih terlihat hingga sepanjang tahun ini, keperkasaan Honda dikancah bisnis sepeda motor roda dua dari negeri ini masih belum tergoyahkan, baik bagi para pesaing sesama merk asal negeri Jepang maupun dengan pesaing dari negara China, Taiwan, Korea. Hal ini terbukti dengan market share yang dikuasai oleh Honda yang mencapai 57,4%. Mengenai masih besarnya arimo masyarakat terhadap produk sepeda motor Honda dikarenakan kualitasnya yang meyakinkan dan sudah lama digandrungi oleh masyarakat di Indonesia (Jawa Pos, Senin 14 Juli 2003).
Konsumen cenderung menilai kualitas suatu produk berdasarkan faktor-faktor yang mereka asosiasikan dengan produk tersebut. Faktor tersebut dapat bersifat instrinsik yaitu karakteristik produk seperti ukuran, warna, rasa atau aroma dan faktor ekstrinsik seperti harga, citra toko, citra merk dan pesan promosi. Apabila atribut-atribut yang terdapat dalam suatu produk itu sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen maka ini akan menimbulkan minat membeli (Schiffman and Kanuk dalam Cahyono, 1990).
Minat membeli yang muncul pada seorang konsumen sering kali bukan hanya didasarkan pada pertimbangan kualitas dari produk atau jasa tersebut, tetapi ada dorongan-dorongan lain yang menimbulkan keputusan dalam pembelian suatu barang atau jasa seperti kebudayaan, kelas sosial, keluarga, pengalaman, kepribadian, sikap, kepercayaan diri, konsep diri dan sebagainya. Keputusan konsumen untuk membeli barang atau jasa, sering juga didasarkan atas pertimbangan yang irrasional, dalam artian karena barang tersebut akan dapat meningkatkan harga dirinya, supaya tidak ketinggalan jaman, dikagumi, dianggap sebagai kelas tertentu, dan sebagainya (Susana, 2002).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan di atas dan untuk memberikan arah yang jelas dari penelitian ini, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :
“Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap kualitas produk dengan minat membeli sepeda motor merk Honda?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1) Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap kualitas produk dengan minat membeli sepeda motor merk Honda.
2) Sumbangan efektif persepsi terhadap kualitas produk dengan minat membeli sepeda motor merk Honda pada konsumen.
3) Beberapa besar tingkat persepsi terhadap kualitas produk Honda pada diri seseorang konsumen.
4) Seberapa besar tingkat minat membeli konsumen.
D. Manfaat Penelitian 
1. Bagi ilmu pengetahuan khususnya psikologi konsumen, yaitu untuk dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan berupa data empiris tentang hubungan antara persepsi terhadap kualitas produk dengan minat membeli.
2. Bagi produsen, membantu perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan persepsi di masyarakat tentang kualitas produk mereka secara positif, sehingga diharapkan pembelian akan dilanjutkan dengan minat untuk pembelian ulang.
3. Bagi masyarakat atau konsumen, dimana pemahaman akan persepsi kualitas produk ini akan dapat membantu mereka berpikir tentang pembelian sepeda motor merk Honda, sehingga konsumen mengerti akan kualitas sepeda merk Honda yang akan mereka beli.


 
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat Membeli
1. Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan (Hurigck, 1978). Gunarso (1985), mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan seorangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut.
Woodworth dan Marquis (Sab’atun, 2001) berpendapat, minat merupakan suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan obyek yang menarik baginya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan dengan lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidiki atau mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya. Apabila individu menaruh minat terhadap sesuatu hal ini disebabkan obyek itu berguna untuk menenuhi kebutuhannya.
Kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian apabila disertai dengan perasaan suka atau sering disebut dengan minat (Rustan, 1988). Minat tersebut apabila sudah terbentuk pada diri seseorang maka cenderung menetap sepanjang obyek minat tersebut efektif baginya, sehingga apabila obyek minat tersebut tidak efektif lagi maka minatnya pun cenderung berubah. Pada dasarnya minat merupakan suatu sikap yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap obyek situasi ataupun ide-ide tertentu yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari obyek yang disenangi tersebut. Minat seeorang baik yang bersifat menetap atau yang bersifat sementara, dan berbagai sistem motivasi yang dominan merupakan faktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya (Marx dalam Suntara, 1998).
The Liang Gie (1995) menyatakan bahwa minat merupakan landasan bagi konsentrasi dalam belajar, sedangkan Crow & Crow (Gie, 1995) menyatakan bahwa minat adalah dasar bagi tugas hidup untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu maka akan menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu hal tersebut. Eysenck, dkk (Ratnawati, 1992) mengemukakan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi pada obyek, kegiatan dan pengalaman tertentu, selanjutnya menjelaskan bahwa intensitas kecenderungan yang dimiliki seseorang berbeda dengan yang lainnya, mungkin lebih besar intensitasnya atau lebih kecil tergantung pada masing-masing orangnya.
Menurut Chaplin (1995) minat merupakan suatu sikap yang kekal, mengikutsertakan perhatian individu dalam memilih obyek yang dirasakan menarik bagi dirinya dan minat juga merupakan suatu keadaan dari motivasi yang mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu. Sedangkan Witheringan (1985) menyataka bahwa minat merupakan kesadaran individu terhadap suatu obyek tertentu (benda, orang, situasi, masalah) yang mempunyai sangkut paut dengan dirinya. Minat dipandang sebagai reaksi yang sadar, karena itu kesadaran atau info tentang suatu obyek harus ada terlebih dahulu daripada datangnya minat terhadap obyek tersebut, cukup kalau individu merasa bahwa obyek tersebut menimbulkan perbeedaan bagi dirinya.
Dari beberapa uraian di atas, secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak dan bertingkah laku terhadap obyek yang menarik perhatian disertai dengan perasaan senang.
2. Jenis-jenis minat
Sikap seorang konsumen terhadap minat dalam penelitian ini merupakan suatu sikap tindakan yang dilakukan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan batinnya. Akan tetapi sikap seorang dalam jiwa seorang konsumen, Blum dan Balinsky (Sumarni, 2000) membedakan minat menjadi dua, yaitu :
a. Minat subyektif adalah perasaan senang atau tidak senang pada suatu obyek yang berdasar pada pengalaman.
b. Minat obyektif adalah suatu reaksi menerima atau menolak suatu obyek disekitarnya.
Jones (Handayani, 2000) membagi minat menjadi dua, yaitu :
a. Minat instrinsik yaitu minat yang berhubungan dengan aktivitas itu sendiri dan merupakan minat yang tampak nyata.
b. Minat ekstrinsik yaitu minat yang disertai dengan perasaan senang yang berhubungan dengan tujuan aktivitas.
Antara kedua minat tersebut seringkali sulit dipisahkan pada minat intrinsik kesenangan itu akan terus berlangsung dan dianjurkan meskipun tujuan sudah tercapai, sedangkan pada minat ekstrinsik kemungkinan bila tujuan tercapai, maka minat akan hilang.
Menurut Syamsudin (Lidyawati, 1998) minat terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Minat spontan, yaitu minat yang secara spontan timbul dengan sendirinya.
b. Minat dengan sengaja, yaitu minat yang timbul karena sengaja dibangkitkan melalui rangsangan yang sengaja dipergunakan untuk membangkitkannya.
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu minat subyektif, minat obyektif, minat instrinsik, minat ekstrinsik, minat spontan dan juga minat dengan sengaja yang pada dasarnya kesemua jenis minat tersebut dapat timbul karena adanya rangsangan.
3. Pengertian minat membeli
Pemahaman terhadap perilaku konsumen tidak lepas dari minat membeli, karena minat membeli merupakan salah satu tahap yang pada subyek sebelum mengambil keputusan untuk membeli. Poerwadarminto (1991) mendefinisikan membeli adalah memperoleh sesuatu dengan membayar uang atau memperoleh sesuatu dengan pengorbanan, sehingga dengan mengacu pada pendapat di atas, minat membeli dapat diartikan sebagai suatu sikap senang terhadap suatu obyek yang membuat individu berusaha untuk mendapatkan obyek tersebut dengan cara membayarnya dengan uang atau dengan pengorbanan.
Engel dkk (1995) berpendapat bahwa minat membeli sebagai suatu kekuatan pendorong atau sebagai motif yang bersifat instrinsik yang mampu mendorong seseorang untuk menaruh perhatian secara spontan, wajar, mudah, tanpa paksaan dan selektif pada suatu produk untuk kemudian mengambil keputusan membeli. Hal ini dimungkinkan oleh adanya kesesuaian dengan kepentingan individu yang bersangkutan serta memberi kesenangan, kepuasan pada dirinya. Jadi sangatlah jelas bahwa minat membeli diartikan sebagai suatusikap menyukai yang ditujukan dengan kecenderungan untuk selalu membeli yang disesuaikan dengan kesenangan dan kepentingannya.
Menurut Markin (Suntara, 1998) minat membeli merupakan aktivitas psikis yang timbul karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas maka pengertian membeli adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang disertai dengan perasaan senang terhadap barang tersebut, kemudian minat individu tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan bahwa barang tersebut mempunyai manfaat sehingga individu ingin memiliki barang tersebut dengan cara membayar atau menukar dengan uang.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli
Minat membeli adalah suatu tahapan terjadinya keputusan untuk membeli suatu produk. Francesco (Susanto, 1977) menyatakan bahwa individu dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor luar atau faktor lingkungan yang mempengaruhi individu seperti lingkungan kantor, keluarga, lingkungan sekolah dan sebagainya.
b. Faktor dalam diri individu, seperti kepribadiannya sebagai calon konsumen.
Swastha dan Irawan (2001) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, kegagalan biasanya menghilangkan minat. 
Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu :
a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain.
b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah.
c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya
d. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pembelanjaan.
e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang.
Swastha (2000) mengatakan bahwa dalam membeli suatu barang, konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor di samping jenis barang, faktor demografi, dan ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motif, sikap, keyakinan, minat, kepribadian, angan-angan dan sebagainya. Kotler (1999) mengemukakan bahwa perilaku membeli dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu :
a. Budaya (culture, sub culture dan kelas ekonomi)
b. Sosial (kelompok acuan, keluarga serta peran dan status)
c. Pribadi (usia dan tahapan daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri).
d. Psikologis (motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap) 
Schiffman dan Kanuk (Cahyono, 1990) mengatakan bahwa persepsi seesorang tentang kualitas produk akan berpengaruh terhadap minat membeli yang terdapat pada individu. Persepsi yang positif tentang kualitas produk akan merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh perilaku pembelian.
Perilaku membeli timbul karena didahului oleh adanya minat membeli, minat untuk membeli muncul salah satunya disebabkan oleh persepsi yang didapatkan bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang baik, dalam hal ini produk sepeda motor merk Honda, menimbulkan suatu perilaku membeli produk sepeda motor tersebut. Jadi, minat membeli dapat diamati sejak sebelum perilaku membeli timbul dari konsumen.
Berdasarkan uraian di atas maka aspek yang dipilih untuk diukur adalah aspek minat membeli dari Second dan Backman (Sab’atun, 2001) yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif pada ketertarikan, keinginan, dan keyakinan dalam pengukuran minat membeli.
B. Persepsi terhadap Kualitas Produk
1. Pengertian Persepsi
Para konsumen tidak asal saja mengambil keputusan pembelian. Pembelian maerka sangat terpengaruh oleh sifat-sifat budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor-faktor psikologis di sini diantaranya adalah motivasi, belajar, persepsi, kepercayaan dan sikap (Kotler, 1999) persepsi merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengambilan keputusan pembelian. Persepsi merupakan suatu realitas yang ada pada diri seseorang (Simamora, 2001).
Rakhmat (1988) berpendapat bahwa persepsi merupakan pengalaman terhadap obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpan, informasi dan menafsirkan pesan. Selanjutnya dikatakan oleh Walgito (1997) bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptor, yang diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar dan sebagainya. Hal itu dikuatkan oleh pendapat Davidoff (Walgito, 1994) yang mengataikan bahwa yang disebut persepsi yaitu suatu stimulus yang diindera oleh individu lalu diorganisasikan, kemudian diinterprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diindera itu.
Menurut Sanmustari (Ratnawati, 1992) persepsi diartikan sebagai suatu proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Kesan yang diterima sangat tergantung dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta faktor-faktor luar maupun dalam yang ada pada diri individu. Persepsi merupakan faktor yang menentukan terbentuknya sikap terhadap sesuatu maupun perilaku tertentu.
Wexley dan Yuki (1992) juga menambahkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah sebagian unit suatu rangsangankesadaran yang ada pada suatu peristiwa, dimana bagian ini diinterpretasikan sesuai dengan harapan, nilai-nilai serta keyakinan individu. David (Yamit, 2000) mengemukakan bahwa kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulokan bahwa persepsi adalah proses penginderaan, penafsiran, pengorganisasian dan penginterprestasikan terhadap suatu obyek, kejadian, informasi atau pengalaman yang mungkin dialami atau diterima individu yang kemudian diolah dan menimbulkan suatu reaksi.
2. Pengertian kualitas produk
Ahyari (1990) mengatakan bahwa kualitas produk merupakan jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana didiskripsikan di dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Dengan demikian termasuk dalam kualitas ini adalah daya tahan, kenyamanan pemakaian serta daya guna. 
Kotler (Simamora, 2002) mengatakan bahwa kualitas merupakan totalitas fitur dan karakteristik yang yang mampu memuaskan kebutuhan, yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan, kualitas mencakup pula daya tahan produk, kehandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut-atribut nilai lainnya. Beberapa atribut itu dapat diukur secara obyektif. Dari sudut pandangan pemasaran, kualitas harus diukur sehubungan dengan persepsi kualitas para pembeli.
Assauri (1998) mengatakan bahwa kualitas produk merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan.
Kata kualitas mempunyai arti bagi masing-masing individu, terutama pada tingkatan pasar. Assauri (1998) mengatakan bahwa kualitas produk merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan. Yang dimaksud faktor-faktor adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh barang tersebut, seperti wujudnya, komposisinya dan kekuatan. Kualitas produk yang ditetapkan oleh perusahaan adalah suatu keadaan produk yang terbaik, berguna untuk memuaskan konsumen, karena konsumen lebih mengetahui apakah produk tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah bagaimana produk itu memiliki nilai yang dapat memuaskan konsumen baik secara fisik maupun secara psikologis yang menunjuk pada atribut atau sifat-sifat yang terdapat dalam suatu barang atau hasil.
3. Pengertian persepsi terhadap kualitas produk
Pada hakekatnya, setiap orang selalu melakukan persepsi terhadap hal-hal di sekitarnya. Hal-hal telah dipelajari sebeluknya atau pengalaman-pengalaman masa lalunya bersama dengan hal-hal dari luar individu yang baru saja dipelajari, ditambah dengan hal-hal lain, seperti sikap, harapan-harapan, fantasi, ingatan dan nilai-nilai yang dimiliki individu akan mempengaruhi persepsinya terhadap suatu obyek persepsi.
Simamora (2002) mengatakan bahwa yang terpenting dari kualitas produk adalah kualitas obyektif dan kualitas menurut persepsi konsumen (persepsi kualitas) yang terpenting adalah persepsi di mata konsumen.
Persepsi konsumen terhadap sesuatu hal ini kualitas suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen, karena persepsi kualitas merupakan persepsi dari konsumen maka persepsi kualitas tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi konsumen akan melibatkan apa yang penting bagi konsumen sehingga akan membawa minat membeli yang berbeda pula. Melalui kemampuan mempersepsi obyek stimulus, seseorang memperoleh input berupa pengetahuan tentang kualitas suatu produk. Sehingga konsumen yang dihadapkan pada suatu produk akan merasa yakin dan tertarik terhadap kualitas dari suatu produk dan dapat pula digunakan dalam pengambilan keputusan (Wetley dan Yuki, 1992).
Persepsi terhadap kualitas produk didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durlanto, Sugiarto & Sitinjak, 2001). Karena persepsi terhadap kualitas merupakan persepsi dari pelanggan, maka tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting agar pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap kualitas produk adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu dalam memilih, menafsirkan, mengorganisasikan, menginterprestasikan, dan memberikan penilaian terhadap kualitas suatu produk apakah produk tersebut memuaskan atau tidak yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuannya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kualitas produk
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi individu terhadap suatu obyek. Faktor-faktor itu menyangkut faktor yang ada dalam diri individu dan faktor yang berhubungan dengan lingkungan individu. Faktor-faktor teknis dan timbul dalam diri individu yang mempengaruhi proses persepsi diantaranya faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan (Mar’at, 1981). Kriteria-kriteria tersebut juga mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas produk yang akan mereka beli. Konsumen dapat mempunyai kesan-kesan tentang diri mereka sendiri maupun produk yang akan mereka beli, sehingga konsumen dapat mempersepsi produk yang akan dibeli dan melakukan keputusan pembelian.
Seseorang yang mendapat rangsangan siap untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Bagaimana orang tersebut melakukannya dipengaruhi oleh persepsi terhadap situasi. Dua orang yang mendapat rangsangan yang sama dalam situasi yang sama mungkin bertindak lain, karena mereka memandang situasi dengan cara yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan individu adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial dan lokasi dimana konsumen berada juga mempengaruhi persepsi konsumen (Walters dan Paul dalam Orbandini, 1996). Faktor-faktor ini menyebabkan seseorang individu memiliki pengalaman yang berbeda dengan individu lainnya, sehingga berpengaruh pula pada caranya mempersepsi stimulus yang diterima. Faktor-faktor lain yang juga ikut mempengaruhi persepsi terhadap kualitas produk adalah harga dan merk.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kualitas produk adalah harga, merk, pengalaman, suasana hati, usia, pendidikan dan pengetahuannya, pekerjaan, kelas sosial dan lokasi dimana konsumen itu berada.
5. Aspek untuk mengukur persepsi terhadap kualitas produk
Persepsi terhadap kualitas produk merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk yang berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Karena persepsi kualitas tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi konsumen akan melibatkan apa yang penting bagi konsumen, karena setiap konsumen memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk (Durianto, dkk, 2001).
Sehubungan dengan penelitian ini aspek-aspek untuk mengukur persepsi terhadap kualitas produk berdasarkan teori dari Rakhmat (1988) yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan obyek yang dipersepsi adalah kualitas produk yang pengukurannya didasarkan pada dimensi kualitas produk dengan mengacu pada pendapat Garvin (Durianto dkk, 2001) yang mengatakan bahwa terdapat tujuh dimensi karakteristik yang digunakan oleh para konsumen dalam mempersepsi kualitas produk. Ketujuh dimensi karakteristik kualitas produktsb adalah :
1) Kinerja : melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, sistem kemudi serta kenyamanan.
2) Pelayanan : mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. Misalnya motor merk tertentu menyediakan bengkel pelayanan kerusakan atau service bergaransi
3) Ketahanan : mencerminkan umur ekonomis dari produk tsbn, atau beberapa lama produk dapat digunakan. Misal motor merk tertentu yang memposisikan dirinyta sebagai mobil tahan lama walau telah berumur di atas 5 tahun tetapi masih berfungsi dengan baik.
4) Keandalan : konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian ke pembelian berikutnya.
5) Karakteristik produk : bagian-bagian tambahan dari produk. Bagian-bagian tambahan ini memberi penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggarannya yang dinamis sesuai perkembangan, yaitu menyangkut corak, rasa, penampilan, bau dan daya tarik produk.
6) Kesesuaian dengan spesifikasi : merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji.
7) Hasil : mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan hasil akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting.
Martinich (Yamit, 2001) mengemukakan bahwa ada enam dimensi karakteristik yang digunakan oleh para konsumen dalam mempersepsi kualitas suatu produk. Keenam dimensi karakteristik kualitas produk tersebut adalah :
1) Performance : karakteristik operasi dasar dari suatu produk.
2) Range and type of features : kemampuan atau keistimewaan yang dimiliki produk.
3) Reliability and durability : kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan berapa lama produk dapat digunakan
4) Maintainability and serviceability : kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan pemakaian.
5) Sensory characteristics : penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera dan beberapa faktor lainnya yang mungkin terjadi aspek penting dalam kualitas.
6) Ethical profile and image : kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk.
Dari aspek-aspek yang telah diterangkan di atas maka dipilih salah satu aspek yang dipakai, yaitu aspek persepsi terhadap kualitas produk oleh David A. Garvin (Durianto, dkk : 2001) yaitu dimensi persepsi terhadap kualitas produk terdiri dari kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk, kesesuaian dengan spesifikasi dan hasil yang didapatkan oleh konsumen.
C. Hubungan antara Persepsi terhadap Kualitas Produk dengan Minat Membeli.
Individu dalam membeli produk selalu menginginkan untuk mendapatkan produk yang baik dan berkualitas. Selama ini persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk masih diwarnai keragu-raguan. Ini disebabkan karena konsumen hanya mendapat sedikit informasi yang obyektif dari produsen atau pemasar. Seseorang yang telah melihat dan mendengar kualitas suatu produk tentu telah mempunyai sikap dan keyakinan terhadap produk. Hal ini tentunya akan mempengaruhi perilaku yang dimilikinya berkaitan dengan stimuli yang diterimanya. Dengan kata lain terdapat rangsangan pada diri individu yang mendorongnya berperilaku sesuai dengan obyek stimuli yang diterimanya.
Persepsi terhadap kualitas suatu produk didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto, dkk, 2001). Karena persepsi terhadap kualitas merupakan persepsi dari pelanggan, maka tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.
Sesuai dengan pendapat Kotler (1999) yang mengatakan bahwa para konsumen tidak asal saja mengambil keputusan pembelian. Pembelian konsumen sangat terpengaruh oleh sifat-sifat budaya, sosial, pribadi dan psikologi. Faktor-faktor psikologi dari sini diantaranya adalah motivasi, belajar, persepsi, kepercayaan dan sikap. Persepsi merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengambilan keputusan.
Minat merupakan sesuatu hal yang penting, karena minat merupakan suatu kondisi yang mendahului sebelum individu mempertimbangkan atau membuat keputusan untuk membeli suatu barang, sehingga minat membeli merupakan sesuatu hal yang harus diperhatikan oleh para produsen atau penjual. Susanto (1997) mengatakan bahwa individu yang mempunyai minat membeli, menunjukkan adanya perhatian dan rasa senang terhadap barang tersebut. Adanya minat individu ini menimbulkan keinginan, sehingga timbul perasaan yang menyakinkan dirinya bahra barang tersebut mempunyai manfaat bagi dirinya dan apa yang menjadi minat indibidu ini dapat diikuti oleh suatu keputusan yang akhirnya menimbulkan realisasi berupa perilaku membeli. Seperti diketahui, persepsi terhadap kualitas produk pada tiap-tiap orang berbeda, sehingga akan membawa minat membeli yang berbeda pula. Persepsi seseorang tentang kualitas suatu produk akan berpengaruh terhadap minat membeli yang terdapat pada individu. Persepsi yang positif tentang kualitas produk akan merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh perilaku pembelian. Konsumen cenderung menilai kualitas suatu produk berdasar faktor-faktor yang mereka asosiasikan dengan produk tersebut. Faktor tersebut dapat bersifat intrinsik yaitu karakteristik produk seperti ukuran, warna, rasa atau aroma dan faktor ekstrinsik seperti harga, citra toko, citra merk dan pesan promosi. Apabila atribut-atribut yang terdapat dalam suatu produk itu sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen, maka ini akan menimbulkan minat membeli (Schiffman and Kanuk dalam Cahyono, 1990).
Produsen sebagai pembuat suatu produk, pastilah memiliki harapan agar produk yang dihasilkannya dapat laku dipasaran. Tetapi bagaimanakah sikap dari konsumen sendiri terhadap barang tersebut, apakah mereka akan memandang barang tersebut sebagai barang yang bagus, menarik, tahan lama ataukah barang tersebut jelek, tidak menarik, mudah rusak dan sebagainya yang diharapkan dari apa yang telah didengar atau dilihat oleh masyarakat itu dapat menimbulkan minat mereka untuk mengetahui lebih lanjut tentang kualitas barang tersebut secara langsung. Sehingga, berangkat dari minat tersebut mereka dapat sekedar mencoba apa yang ditawarkan, yang nantinya menimbulkan keinginan dari diri konsumen untuk ingin memiliki, terutama bila minat membeli menempatkan persepsi terhadap kualitas suatu produk sebagai faktor yang penting dalam membuat keputusan.
 
D. Hipotesis
Berdasarkan semua uraian yang telah penulis kemukakan, maka hipotesis yang ingin penulis ajukan adalah : “Ada hubungan positif antara persepsi terhadap kualitas produk dengan minat membeli sepeda motor merk Honda”. Artinya semakin baik/tinggi persepsi seseorang terhadap suatu produk makaakan semakin tinggi pula minat membeli seorang konsumen, sebaliknya semakin buruk/rendah persepsi seseorang terhadap suatu produk maka akan semakin rendah pula minat membeli yang dimilikinya.








 
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penentuan Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, penentuan metode penelitian adalah hal yang sangat penting karena hal ini sangat menentukan benar atau salahnya pengambilan data dan kesimpulan dari hasil suatu penelitian. Dalam hal ini metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian dengan menggunakan teknik serta alat analisa tertentu, maka langkah-langkah yang harus ditempuh hendaknya harus sesuai dengan masalah yang dikemukakan. Hadi (2000) mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan dalam menentukan metode akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan, sebaliknya semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin baik pula hasil yang diperoleh.
Dalam bab ini masalah-masalah yang akan dibahas berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah :
a) Identifikasi variabel penelitian
b) Definisi operasional variabel penelitian
c) Subyek penelitian
d) Metode pengumpulan data
e) Validitas dan reliabilitas
f) Metode analisis data
g) Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan target utama penelitian, sebelum data-data penelitian dikumpulkan, maka terlebih dahulu perlu merinci fungsi-fungsi variabel yang diangkat dalam penelitian. Hal ini akan berguna dalam menentukan rancangan yang akan dipakai (Hadi, 2000). Adapun variabel-variabel yang akan diangkat berkenaan dengan penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : persepsi terhadap kualitas produk
2. Variabel tergantung : minat membeli
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi variabel penelitian adalah penegasan arti dari konstruksi atau variabel yang dinyatakan dengan cara tertentu (Azwar, 1997). Definisi operasional ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang akan dikumpulkan dan menghindari kesesatan dalam menentukan alat pengumpulan data serta berfungsi untuk mengetahui bagaimana suatu variabel di ukur. Definisi operasional penelitian ini adalah :
1. Persepsi terhadap kualitas produk
Persepsi terhadap kualitas produk adalah suatu proses yang terjadi dalam diri individu dalam memilih, menafsirkan, mengorganisasikan, menginterprestasikan, dan memberikan penilaian terhadap kualitas suatu produk apakah produk tersebut memuaskan atau tidak yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuannya.
Persepsi terhadap kualitas produk dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala persepsi terhadap kualitas produk yang dibuat oleh peneliti dan didasarkan pada aspek-aspek persepsi terhadap kualitas produk dari Durianto dkk (2001) : adapun aspek-aspek yang diungkap dalam skala persepsi terhadap kualitas produk ini antara lain : a) kinerja, b) pelayanan, c) ketahanan, d) keandalan, e) karakteristik produk, f0 kesesuaian dengan spesifikasi, dan g) hasil yang didapatkan oleh konsumen.
2. Minat membeli
Minat membeli adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang disertai dengan perasaan senang terhadap barang tersebut, kemudian minat individu tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan bahwa barang tersebut mempunyai manfaat sehingga individu ingin memiliki barang tersebut dengan cara membayar atau menukar dengan uang.
Minat membeli ini diungkap melalui skala minat membeli yang dibuat oleh peneliti, yang disusun berdasaskan aspek-aspek minat membeli yang dikemukakan oleh Second dan Backman (Sab’atun, 2001) yang antara lain terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut : a) aspek kognitif, b) aspek afektif, dan c) aspek konatif.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel
1. Populasi
Adalah keseluruhan individu yang ingin diselidiki dan paling sedikit mempunyai satu ciri atau sifat yang sama dan untuk siapa kenyataan yang diperoleh digeneralisasikan (Hadi, 2000). Individu yang ingin diselidiki paling sedikit mempunyai suatu ciri atau sifat yang sama. Tujuan ditetapkannya populasi adalah untuk menghindari kesalahan generalisasi kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Banaran, Kabupaten Sragen yang berjumlah 250 orang.
2. Sampel
Merupakan bagian dari populasi yang dijadikan subyek penelitian (Hadi, 2000). Wakil atau sampel inilah yang akan diteliti dan dikenai perilaku untuk diambil kesimpulan terhadap populasi. Oleh karena itu sampel yang digunakan haryus representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya (Suryabrata, 1990). Digunakannya sampel dalam suatu penelitian terutama didasarkan pada berbagai pertimbangan, yaitu :
a. Sering kali tidak mungkin mengamati seluruh populasi
b. Pengamatan terhadap seluruh anggota populasi dapat bersifat merusak
c. Menghemat waktu, biaya dan tenaga
d. Mampu memberikan informasi yang lebih menyeluruh dan mendalam (Durianto, dkk, 2001).
Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling, yaitu hanya sampel-sampel yang dapat dijumpai oleh peneliti saja yang dijadikan subjek penelitian (Hadi, 2000), yaitu di sebagian masyarakat, daerah Banaran, Kabupaten Sragen dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tercatat sebagai anggota masyarakat, daerah Banaran Kabupaten Sragen.
b. Berusia 17 tahun ke atas
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah incidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana kelompok subyek yang diambil secara kebetulan pada saat ditemui (Hadi, 2000).
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap subyek penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang terdiri dari skala persepsi terhadap kualitas produk dan skala minat memebli yang dibuat sendiri oleh peneliti.
Penggunaan skala pada penelitian ini didasarkan atas karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi yang dikemukakan oleh Azwar (1999), yaitu :
1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
2. Atribut psikologis yang diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem.
3. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.
Ada dua jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Skala persepsi terhadap kualitas produk
Persepsi terhadap kualitas dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala persepsi terhadap kualitas produk yang dibuat oleh peneliti yang didasarkan pada aspek-aspek persepsi terhadap kualitas produk oleh David A. Garvin (Durianto dkk, 2001). Adapun aspek-aspek yang diungkap dalam skala persepsi terhadap kualitas produk ini antara lain : a) kinerja, b) pelayanan, c) ketahanan, d) keandalan, e) karakteristik produk, f) kesesuaian dengan spesifikasi dan g) hasil.
Skala persepsi terhadap kualitas produk ini bentuk pertanyaannmya bersifat tertutup, artinya subjek hanya memilih satu diantara beberapa alternatif jawaban yang disediakan yang sesuai dengan keadaan dirinya, dengan memberikan tanda silang. Pilihan jawaban yang dipergunakan jumlahnya genap dan setiap jawaban mengandung butir favourable dan unvafourable.
Sistem penilaiannya dengan menggunakan skala Hadi (2000), dimana pilihan jawaban yang dipergunakan jumlahnya genap. Penilaian jawaban yang tersedia tiap-tiap aitem terdiri dari empat alternatif jawaban yang penyebaran skor intervalnya berjarak sama yaitu bergerak dari satu sampai empat. Subyek hanya memilih satu diantara empat alternatif jawaban yang disediakan dengan cara memberi tanda silang sesuai dengan keadaan subyek dan setiap jawaban mengandung butir favourable dan butir unfavourable. Syarat pemberian jawaban tersebut adalah :
Skor untuk aitem yang bersifat favourable adalah :
Sangat Sesuai (SS) : skor nilai 4
Sesuai (S) : skor nilai 3
Tidak (T) : skor nilai 2
Sangat Tidak Sesuai (STS) : Skor nilai 1
Selanjutnya untuk pertanyaan yang bersifat unfavourable adalah :
Sangat Sesuai (SS) : skor nilai 1
Sesuai (S) : skor nilai 2
Tidak (T) : skor nilai 3
Sangt Tidak Sesuai (STS) : Skor nilai 4
2. Skala minat membeli
Skala minat membeli ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar minat membeli yang ada pada diri seseorang. Skala minat membeli ini dibuat sendiri oleh peneliti, yang disusun berdasarkan aspek-aspek minat membeli yang dikemukakan oleh Second dan Backman (Sab’atun, 2001) yang antara lain terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut : a) aspek kognitif, b) aspek konatif, c) aspek afektif.
Dalam penelitian ini subyek diminta untuk memilih salah satu jawaban dari empat alternatif jawaban yang telah disediakan yang sesuai dengan keadaan dirinya.
Penilaian jawaban mempunyai penyebaran skor yang intervalnya berjarak sama yaitu bergerak dari satu sampai empat, dan setiap jawaban mengandung butir favourable dan butir unfavourable. Syarat pemberian jawaban tersebut adalah :
Skor untuk aitem yang bersifat favourable adalah :
Sangat Sesuai (SS) : skor nilai 4
Sesuai (S) : skor nilai 3
Tidak (T) : skor nilai 2
Sangat Tidak Sesuai (STS) : Skor nilai 1
Selanjutnya untuk pertanyaan yang bersifat unfavourable adalah :
Sangat Sesuai (SS) : skor nilai 1
Sesuai (S) : skor nilai 2
Tidak (T) : skor nilai 3
Sangt Tidak Sesuai (STS) : Skor nilai 4
E. Validitas Dan Reliabilitas
1. Validitas
Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas, karena aitem-aitem yang telah diseleksi berdasarkan koefisien aitem total akan mendukung reliabilitas skala, namun hal itu berarti bahwa skalanya akan valid dengan sendirinya.
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan skala dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2002). Artinya, sejauh mana skala itu mampu mengukur atribut yang ia rancang untuk mengukurnya. Pengujian validitas dilakukan terhadap alat ukur (skala) dengan menggunakan kriteria pembanding yang berasal dari alat ukur itu sendiri. Suatu test dapat dikatakan memiliki nilai validitas yang tinggi apabila test tersebut dapat menjalankan nilai validitas yang tinggi apabila test tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan dikenakannya test tersebut.
2. Reliabilitas
Reliabilitas pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tak berbeda apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis varians dari Hoyt (Azwar, 2002). Adapun keuntungan pemakaian koefisien reliabel dari Hoyt ini adalah dapat dikenakan pada angket yang jumlah aitemnya genap maupun ganjil.
F. Metode Analisis Data
Berdasarkan data yang telah terkumpul, hipotesis dan tujuan penelitian serta data yang telah ada, Suryabrata (1990) menjelaskan bahwa model statistik yang digunakan harus sesuai dengan rancangan peneliannya. Teknik yang dipakai dalam menganalisa data adalah teknik korelasi product moment. Sebagai alasan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antar dua variabel, yaitu persepsi terhadap kualitas produk sebagai variabel bebas dan minat membeli sebagai variabel tergantung. Syarat dari analisis product moment adalah :
- Hubungan antara variabel x dan variabel y merupakan hubungan yang linier atau garis lurus.
- Bentuk distribusi variabel x dan variabel y merupakan atau mendekati distribusi normal.
- Data yang digunakan adalah data interval (mempunyai jarak skala yang sama).



 
BAB IV
PENUTUP
A. Kritik
Persepsi terhadap kualitas dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala persepsi terhadap kualitas produk yang dibuat oleh peneliti yang didasarkan pada aspek-aspek persepsi terhadap kualitas produk oleh David A. Garvin (Durianto dkk, 2001), namun penelitian disini kurang adanya pemahaman dikalangan orang-orang tertentu sehingga membuat persepsi penelitian kurang sesuai dengan fakta yang semestinya. Maksud dari semua itu ialah antara lain :
a) Kurangnya pemanfaatan kinerja pemerintah dalam mendampingi berkembangnya pemuasan atau kesejahteraan terhadap konsumen atau pembeli.
b) Berbagai macam permasalahan yang kurang adanya respon dari pemerintah setempat
B. Saran
a) Perlu adanya kaji ulang pihak-pihak yang bersangkutan terhadap beberap elemen yang termasuk dalam bagian organisasi itu sendiri.
b) Berbagai macam kinerja pokok yang terjalan dengan baik dari sebelum-sebelumnya perlu duadakan peningkatan yang lebih riil dan jelas.







 
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1990. Management Produksi. Yogyakarta : BPFE
As’ad, M. 1991. Psikologi Industri. Yogyarkata : Liberty
Assauri, S. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta : LPFEUI
Azwar, S. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar.
Cahyono. 1990. Studi Eksperimental : Pengaruh Pencantuman Merk terhadap Persepsi tentang Kualitas Susu Coklat pada Siswa-Siswi SMA N I Yogyarkata. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Chaplin. 1995. Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan Kartono K). Jakarta : Rajawali
Clindiff, E.W. Still, R.R. Govoni, N.R.P. 1988. Dasar-Dasar Marketing Modern (Terjemahan M.Manulang). Yogyarkarta : Liberty Offset.
Durianto, D. Sugiarto dan Sitinjak, T. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Riset Ekuistis dan Perilaku Merk. Jakarta : Gramedia.
Engel, James F. Blacwell, Roger D. Miniard, Paul W. 1995. Perilaku Konsumen. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Gunarso, S. 1985. Psikologi Remaja. Jakarta : Andi Offset
Handayani. 2000. Perilaku melayani ditinjau dari Minat Kerja dan Konsep Diri pada Perawatan Rumah Sakit. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.
Hurlock, E.B. 1978. Child Development. Singapore : Mc. Graw – Hill Internasional Book Company.
Irawan, H. 2002. IQ prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT. Gramedia.
Baca Selengkapnya “EKONOMI”
CINTA
“Cinta” adalah ketika kau menitikkan air mata,
Disaat kau masih peduli terhadapnya.
”Cinta” adalah ketika dia tidak mempedulikanmu,
Tetapi kau masih menunggunya dengan setia
”Cinta” adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan
Kau masih bisa tersenyum sambil berkata , " Aku turut berbahagia untukmu "
Apabila cintamu tidak berhasil, bebaskanlah dirimu
Biarkanlah hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi
Ingatlah….!!!
kau mungkin menemukan cinta dan kehilangannya...
Tetapi saat cinta itu dimatikan, kamu tidak perlu mati bersamanya..
Orang yang terkuat bukanlah orang yang selalu menang dalam segala hal
Tetapi mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Entah bagaimana, dalam perjalanan kehidupanmu,
Kau akan belajar tentang dirimu sendiri dan suatu saat kau akan menyadari
Bahwa penyesalan tidak seharusnya ada di dalam hidupmu
Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan pilihan kehidupan yang telah kau buat
Yang seharusnya ada di dalam hidupmu
Didalam urusan cinta, kita sangat jarang menang,
Tetapi ketika cinta itu tulus...
meskipun mungkin kelihatannya kau kalah,
Tetapi sebenarnya kau menang karena kau dapat berbahagia
sewaktu kau dapat mencintai seseorang
Lebih dari kau mencintai diri kau sendiri...
Akan tiba saatnya dimana kau harus berhenti mencintai seseorang
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Atau karena ia tidak mempedulikan kita
Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu
Akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya
Tetapi apabila kamu benar benar mencintai seseorang,
Jangan dengan mudah kita melepaskannya
Berjuanglah demi cintamu... Fight for your dream
”””Itulah cinta yang sejati..””